Rabu, 04 Januari 2023

RELEFANSI PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

NAMA    : MELIANA PARYANTI

NIM        : 2201670117

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 

FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL 

PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL





Perjalanan Pendidikan Nasional- perjalanan pendidikan nasional bangsa Indonesia pastinya tidak lepas dari peran para tokoh pejuang pendidikan bangsa Indonesia. Salah satu tokoh pendidikan yang sangat terkenal ialah Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Bahkan hari lahir beliau tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, hari yang merefleksikan tentang perjuangan seorang guru dan pendidikan di bumi pertiwi. Sosok Ki Hajar Dewantara tidak bisa kita lepaskan dari perjalanan panjang pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara merupakan pioner dan pelopor terbentuknya sistem pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat berpengaruh dalam menuntun para generasi penerus bangsa agar dapat menjadi individu yang merdeka. Oleh karena itu, sebagai guru nantinya sebelum kita dapat mendidik seorang individu kita tentunya harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Berikut adalah rangkuman perjalanan pendidikan nasional di Indonesia:

Perjalanan Pendidikan Sebelum Kemerdekaan (Zaman Kolonial Belanda)

Bangsa Hindia Belanda datang ke Indonesia awalnya untuk berdagang di pulau jawa dan kemudian mereka menciptakan kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Bangsa Belanda menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh para Portugis perlu digantikan dengan agama Protestan yang mereka anut. Dari pemahaman inilah bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah keagamaan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh agama Katholik oleh Portugis. Sekolah pertama yang didirikan oleh Belanda berada di Ambon yaitu sekolah VOC yang didirikan pada tahun 1607. Sistem pembelajaran yang diberikan oleh Belanda yaitu hanya membaca, menulis dan sembahyang. Sedangkan guru pendidik juga berasal dari Belanda bukan orang pribumi.

Pada masa penjajahan Kolonial membuat pendidikan di indonesia menjadi terabaikan. Pemerintah Kolonial sangat tahu resiko jika mencerdaskan bangsa terjajah merupakan upaya yang berbahaya bagi mereka karena nantinya akan mengancam stabilitas pemerintahannya dikemudian hari. Oleh karena itu, untuk menguntungkan bangsa kolonial yaitu dengan mereka membatasi sarana pendidikan seperti jumlah sekolah dan kesempatan menimba ilmu bagi para generasi Indonesia. Ini menyebabkan para generasi muda di Indonesia tidak terbuka pemikirannya ke arah kemerdekaan bangsanya.

Pendidikan yang tersedia pada saat itu juga hanya terbatas untuk kalangan tertentu, tidak untuk semua lapisan masyarkat Indonesia. Ada beberapa pendidikan yang dikhususkan untuk rakyat Indonesia seperti Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Akan tetapi, kedua lembaga sekolah tersebut tidak dapat menampung semua generasi muda Indonesia pada masa itu. Mereka yang bisa bersekolah di HIS dan MULO pada umumnya adalah keturunan ningrat, anak pegawai pemerintah Belanda, atau anak pedagang kaya. Sedangkan anak petani pada umumnya tidak bersekolah. Kenyataan ini tentu tidak sejalan dengan keyakinan bahwa pendidikan adalah kata kunci untuk mencerdaskan dan bahkan memerdekakan anak manusia. Hal ini menjadi alasan kuat bagi Ki Hadjar Dewantara untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Terabaikannya mayoritas generasi muda Indonesia dari dunia pendidikan merupakan alasan mendasar perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Selain itu dengan kondisi sekolah yang ada di tanah air saat itu yang menguntungkan Pemerintah Kolonial juga menjadi alasan bagi Ki Hadjar Dewantara untuk mendirikan Perguruan Taman Siswa. Pada masa itu para pemuda yang bersekolah di HIS dan MULO diajar dan didik sesuai dengan sistem pendidikan pemerintahan kolonial dimana konten pelajaraan yang diberikan merupakan upaya agar generasi Indonesia melupakan dan merendahkan diri dan martabat bangsanya sendiri. Maka beliau bercita-cita meningkatkan kesadaran generasi muda untuk menegakkan derajat dan martabat bangsanya. Beliau yakin, jika generasi Indonesia pada masa itu cerdas maka mereka akan menjadi pembangun kesadaran bangsa untuk bangkit berjuang melawan segala bentuk penindasan dan merebut kemerdekaan.

Lahirnya Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara ini menjadi tandingan bagi sekolah milik Pemerintah Kolonial. Perguruan Taman Siswa ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Ki Hadjar Dewantara bertekad untuk menyebarkan semangat tentang pendidikan kepada generasi muda. Dalam pandangan beliau upaya untuk mendidik kaum muda merupakan syarat utama dalam membebaskan diri dari jeratan penjajah.  Pendidikan yang mendasarkan kebudayaan nasional dapat menghindarkan dari kebodohan. Pendidikan yang ada pada masa kolonial tidak mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk tergantung pada nasib dan bersikap pasif.  Keinginan untuk merdeka harus dimulai dengan mempersiapkan generasi indonesia yang bebas, mandiri, dan pekerja keras. Hal ini untuk mempersiapkan agar kelak Indonesia menjadi bangsa yang mandiri, sadar akan kemerdekaan, sehingga kemerdekaan itu dimiliki oleh orang yang terdidik dan memiliki jiwa yang merdeka.

Ki Hadjar Dewantara memiliki strategi pengembangan pendidikan yaitu   pandangan  mengenai jiwa merdeka yang harus ditanamkan pada generasi  penerus  karena  hanya  mereka  yang  berjiwa  merdeka yang  dapat  melanjutkan  perjuang  dan  mempertahankan  kemerdekaan  bangsa  Indonesia  sehingga dibutuhkan  pendidikan  nasional  dan  pendidikan  merdeka  pada  anak-anak  untuk  memperjuangkan kemerdekaan nasional, yaitu merdeka secara lahir dan batin.

Perjalana Pendidikan Setelah Kemerdekaan

Pendidikan nasional bangsa Indonesia setelah kemerdekaan berubah menjadi lebih baik lagi. Fokus utama pendidikan nasional setelah merdeka yaitu mencerdaskan dan meningkatkan kualitas bangsa. Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terkait mencerdaskan bangsa. Pendidikan setelah kemerdekaan mengarah pada perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Menghilangkan paham-paham pendidikan dari Belanda, sehingga peserta didik Indonesia memiliki ciri tersendiri dalam dunia pendidikan. Pembelajaran dilaksanakan dengan menambahkan berbagai budaya bangsa Indonesia yang dapat diwariskan kegenarasi selanjutnya.

Setelah kemerdekaan, bangsa Indonesia juga membentuk panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang bertugas untuk meninjau lebih lanjut tentang masalah pendidikan dan pengajaran anak-anak dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Selain itu, panitia ini juga bertugas dalam bidang erkait rencana pelajaran, organisasi pemeliharaan isi pendidikan dan pengajaran. panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia menyusun sistem dan struktur pendidikan baru, yang bertujuan untuk dapat mendidik dan memberikan pengetahuan kepada generasi bangsa. Intinya pendidikan pada masa setelah kemerdekaan bangsa Indonesia, bangsa Indonesia mencoba untuk menghilangkan paham-paham pendidikan Belanda sehingga nantinya peserta didik bangsa Indonesia memiliki ciri khas sendiri sesuai dengan kebudayaan bangsa. Pembelajaran pada masa ini di desain sedemikian rupa supaya budaya bangsa Indonesia terus dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Pendidikan pada masa abad ke-21

Pendidikan di Indonesia pada abad ke-21 menjadikan abad globalisasi. Pada saat ini, pembelajaran tidak terfokus pada kebudayaan lagi. Akan tetapi, berfokus pada sikap berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi atau Kerjasama. Pada zaman ini teknologi merupakan sarana utama dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru, kita perlu meningkatkan pemahaman kemampuan adaptasi teknologi serta dapat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran.

Refleksi Dari Perjalanan Pendidikan Nasional:

Dari perjalanan pendidikan nasional bangsa Indonesia ini kita sebagai generasi penerus harus merasa bersyukur karena adanya para tokoh pendidikan yang berperan penting dalam kemajuan pendidikan bangsa Indonesia ini. Selain itu, kita juga harus terus meneruskan perjuangan para pahlawan pendidikan. Dari perjalanan pendidikan nasional ini kita dapat merefleksikan diri yaitu ketika nantinya menjadi seorang guru kita harus mempu mengembangkan kompetensi yang ada pada diri kita supaya nantinya dalam mendidik anak-anak kita dapat memahami mereka dan mengembangkan potensi yang ada dengan baik.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar